Sekitar
70 anak dari Pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA),
Turi, Lamongan, Jawa Timur, berbagi daging kurban dengan anak-anak
Kristen Panti Asuhan Don Bosco, Surabaya. Perbedaan keyakinan, tak harus
melepaskan 'baju' persaudaraan di antara mereka. Beda agama, bukan berarti harus berseteru, saling menghakimi dan saling menganggap paling benar.
"Agama
lahir membawa kedamaian. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, bukan
pembawa petaka atau pertikaian antar umat," terang Deputi Oprasional
SPMAA, GB Adhim, Sabtu (27/10).
Adhim mengatakan, wujud kongkret dari kalimat rahmatan lil alamin, salah satunya membangun persaudaraan antar ummat.
"Berbagi
hewan kurban ini misalnya. Daging kurban tidak harus atau hanya bisa
dinikmati umat muslim saja, khsusunya anak-anak yatim-piatu juga bisa
menikmati daging kurban. Daging kurban bermanfaat bagi umat manusia
tanpa memandang perbedaan agama," tegas alumnus Stikosa-AWS ini.
Pria
yang akrab disapa Gus Adhim ini juga menceritakan, awal hubungan
persaudaraan antar agama dan antar kota ini terbentuk, ketika tahun 2009
silam, suster-suster Don Bosco kerab melakukan kunjungan di Ponpes
sekaligus Lembaga Pendidikan Madratsah Islam (MI) Kaaffah, Lamongan.
"Mereka
magang atau ingin belajar bagaiman merawat dan mendidik anak-anak di
alam pesantren. Biasanya mereka live in atau belajar dan tinggal di
pesantren."
Selanjutnya, dari kerjasama itu, suster-suster Don
Bosco sering mengajak pihak SPMAA giliran bertandang ke Surabaya.
"Namun, karena kesibukan yang cukup padat, baru hari ini, keinginan itu
bisa terlaksana. Hari ini kami berbagi daging kurban untuk kali pertama
dengan ummat non muslim. Kami menyiapkan 1.000 tusuk sate dari
Lamongan," sambung Adhim.
Senada dengan Adhim, pengasuh Yayasan
Yatim Piatu Don Bosco, Suster Yustim mengatakan: "Ini adalah wujud
persaudaraan kami, sebagai ummat manusia, meski beda keyakinan."
Sedangkan
misi yang kedua, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperbaiki citra
Islam, khususnya Ponpes di Lamongan pasca bom Bali yang dimotori oleh
Amrozi cs. "Islam tidak identik dengan kekerasan. Islam adalah agama
rahmatan lil alamin. Kalau kita bisa berbagi, kenapa harus bertikai?" sahut Adhim lagi.
Selain membangun citra Islam dan ukhuwah Islamiyah, kegiatan ini juga memberi kebahagian tersendiri bagi anak-anak.
"Musuh
kita bukan sesama manusia, tapi hawa nafsu. Kami di sini belajar
bagaimana berbagi dengan sesama. Musuh kita buka seperti ini: Oh ini
agama Kristen, ini Budha, ini Hindu, dan ini Islam, trus kita saling
bermusuhan. Persaudaraan tidak mengenal agama dan tidak pernah usai,
karena manusia dilahirkan untuk persaudaraan," kata salah satu
santriwati SPMAA, Dava Salamah Muchtar yang masih duduk di bangku kelas 6
SD.
Sementara selesai bakar-bakar 1.000 tusuk sate di halaman
belakang panti, mereka berkumpul dan menikmati hidangan sate kambing
bersama-sama. Karena beda agama, merekapun berdoa secara bergantian sesuai keyakinan mereka.
sumber
Posting Komentar